Hijrah Kita Berjihad Melawan Kapitalisme
Umat Islam memahami bulan Muharram sebagai bulan hijrah Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah yang sebelumnya dikenal sebagai “Yasrib”. Namun, menengok sejarah, sebenarnya tak ada kesepakatan kapan tepatnya Nabi Muhammad berangkat hijrah. Al-Najm Umar bin Fahd Muhammad bin Muhammad berpendapat bahwa itu terjadi pada 4 Rabi’ul Awal. Sementara Abd al-Fattah al-Masnawi mengatakan pada tanggal 1 Rabi’al Awal/13 September 622 M dan tiba di Yatsrib (Madinah) pada Senin 12 Rabi’al Awal/24 September 662 M. Lantas pada masa Umar bin Khattab, ia menjadikan momen hijrah tersebut sebagai awal kalender kaum muslimin dengan permulaannya pada 1 Muharram.
Peristiwa hijrah Nabi Muhammad bagi umat Islam mempunyai makna yang teramat penting. Hari ini, konteks hijrah secara berbondong-bondong meninggalkan tempat kelahiran tak dialami oleh setiap umat Islam. Kecuali bagi para pengungsi muslim seperti Myanmar, Uyghur, Palestina, Yaman, Irak, dan Suriah yang mencari suaka hingga ke berbagai belahan dunia, rakyat di pesisir Utara Jawa yang berbondong-bondong bedol desa karena rumahnya dikepung dan ditenggelamkan lautan, masyarakat desa-kota yang digusur akibat perampasan tanah maupun penggusuran, ataupun para aktivis, pegiat, dan mereka yang melawan nan menggetarkan kekuasaan harus dikejar-kejar ancaman agar mau bungkam.
Namun, hijrah memang tak sebatas kita maknai secara literal sebagai perpindahan dari satu tempat ke tempat yang lain. Umar bin Khattab mengingatkan kita bagaimana dalam satu waktu Nabi bersama para pengikutnya yang setia berada dalam kondisi sangat kritis. Nabi kehilangan orang-orang yang mencintainya dan dicintainya, yang melindungi dan membela perjuangannya: Khadijah bint Khuwalid, isteri tercintanya, dan Abu Thalib, pamannya. Keduanya meninggal dunia pada ammul huzni dan setelahnya Nabi diburu oleh kaum kafir Quraisy.
Sepanjang perjalanan selama hijrah, bersama sahabatnya, Abu Bakar al-Shiddiq, Nabi bersembunyi di gua Tsur. Beliau selamat dari kejaran Kafir Makkah. Lantas pada saat perjalanan ke Madinah, Sang Nabi juga hendak dibunuh oleh Waraqah, tetapi sekali lagi Nabi selamat. Allah menyelamatkan rasul-Nya.
Bagi Umar bin Khattab, hijrah menjadi masa-masa krusial yang menentukan ajaran Tuhan yang disampaikan Nabi. Tahun hijriyyah menandai perjuangan Nabi yang tak kenal lelah untuk memenuhi seruan Allah dan mengajak seluruh umat manusia untuk menegakkan kalimat Allah. Dari Perang Badar hingga Fathu Makkah, dari Muhajirin hingga Ansar, dari embargo Makkah hingga piagam Madinah, dari jahiliyah hingga islamiyah, kejayaan peradaban Islam dimulai dari hijrah Sang Nabi.
Lewat hijrah itu pulalah kita mengenal Islam sebagai agama yang revolusioner di tengah kegelapan; memerdekakan budak dan mustad’afin, menegakkan keadilan bagi laki-laki dan perempuan, menolong yang papa, memberikan harapan bagi kaum fakir-miskin, memerhatikan kebutuhan yatim serta kaum janda, dan paling penting: membentuk kekuatan umat dan solidaritas kolektif yang didasarkan pada persaudaraan, kemanusiaan, serta ketauhidan.
إن من الرشد والكمال النبوى، والنصح السياسى، والحكمة المحمدية خطوة الحبيب ص.م. فى المؤاخاة بين المهاجرين والأنصار فى ظرف كان المهاجرون فيه أحوج ما يكونون إلى ما يخفف عنهم آلام الغربة والفاقة والفرقة إذ تركوا ديارهم وأموالهم وأهليهم وحلوا ببلد لم يكن ليتسع لأهله فضلا عن النازحين إليه—أحمد بن أشمونى، ص. ٤٠.
Mari kita terus pupuk solidaritas melampaui batas artifisial dan identitas untuk bersatu di bawah jalan perjuangan jihad era kapitalisme mutakhir: melawan segala bentuk pemiskinan, perusakan alam, penghisapan nilai kerja buruh, pemilikan yang rakus, dan kesewenang-wenangan kekuasaan.
كل عام ونحن للحرية أقرب