Ketidakseriusan Pemkab Jember Selamatkan Nyawa Warganya dari Wabah, dengan Dibiarkannya PT. Semen Imasco Asiatic Tetap Beroperasi
Intensitas pengerukan yang dilakukan oleh perusahaan industri ekstraktif atau pertambangan dalam mengeksploitasi Gunung Sadeng, Kecamatan Puger, Kabupaten Jember, semakin mengkhawatirkan. Sebab Gunung Sadeng semakin kehilangan diri-nya dan ini mengancam bencana yang lebih luas. Longsor, banjir, kekeringan dan gagal panen.
Salah satu perusahaan yang sedang melakukan eksploitasi karst Puger yakni PT. Semen Imasco Asiatic, ia adalah pemakan karst yang akan menghancurkan lebih dari 41 hektar. Parahnya selama wabah ini, mereka setiap hari melakukan eksploitasi terhadap alam. Lalu, untuk para buruhnya yang digaji untuk melakukan eksploitasi karst Puger, Imasco termasuk tidak mengindahkan arahan pemerintah untuk melakukan protokol penanganan pandemi Covid-19..
Bayangkan. Setiap hari terdapat kendaraan truk besar yang mengangkut 30 – 31 ton logistik berupa batubara, pasir besi dan bahan campuran lain demi beroperasinya prosesi perusahaan tersebut. Debu-debu berterbangan, awal pembangunan saja ancaman kesehatan sudah menanti, lalu bagaimana jika ia penuh beroperasi. Belum lagi polutan dari tambang lainnya, potensi penyakit seperti ISPA menjadi tinggi.
“Puluhan kendaraan itu juga tidak melewati jalan biasanya, malah melewati pemukiman yang padat penduduk dan dikhawatirkan terjadi kecelakaan jika diteruskan, belum lagi debunya yang menyesakkan dada.” Tutur Samhaji, salah satu ketua kelompok tani Puger Wetan.
Nurul Mahmuda H, Koordinator FNKSDA Komite Jember sekaligus pengurus PC PMII JEMBER juga membenarkan fakta tersebut saat melangsungkan siaran live streaming konferensi pers bersama Walhi Jatim dan Jaringan Solidaritas bersama petani Puger ditempat.
“Permasalahan demi permasalahan di berbagai perusahaan terkhusus proyeksi pertambangan di tengah wabah pandemi kini sudah menjadi isu nasional, sudah saatnya negara menegaskan adanya pemberhentian aktivitas pertambangan di tengah pandemi Covid-19 demi keselamatan nyawa pekerja.” Paparnya.
Tidak cukup di situ, setelah aksi yang dilakukan Petani Puger bersama PC PMII Jember dan jejaring solidaritas awal bulan Maret lalu, menyoal terkait relokasi irigasi sepihak, hingga membuahkan hasil surat teguran pengembalian jalur irigasi dari Bupati. Sampai teguran tersebut diabaikan, sebab ternyata tidak dilaksanakan oleh PT. Semen Imasco Asiatic hingga hari ini.
Meski demikian, permasalahan ini terkesan dibiarkan begitu saja oleh pemerintah. Akibatnya banyak warga terutama petani desa Puger Wetan dan Puger Kulon yang terimbas dampak operasinya PT. Semen Imasco Asiatic merasa kecewa dan kesal atas sikap pemerintah yang lambat.
“Kami sudah kesal. Kami kecewa sikap pemerintah kabupaten yang lelet menangani pemindahan saluran irigasi oleh pabrik (PT. Semen Imasco Asiatic). Katanya mau dikembalikan. Kok sampai sekarang tidak ada tindak lanjutnya.” Pungkas Nurdianto, Koordinator Petani Puger Bangkit dan Melawan.
Melalui Dinas PU Bina Marga dan Sumber Daya Alam, Bupati telah menegur PT. Semen Imasco Asiatic lewat surat No. 610/195/35.09.312/2020 tertanggal 19 Februari 2020 perihal Teguran kepada PT. Semen Imasco Asiatic. Namun saat ini petani merasa kecewa dan kesal lantaran sampai sekarang pemindahan saluran irigasi belum di kembalikan. Bahkan kabarnya saluran irigasi lama ditimbun dengan tanah.
“Saat ini telah terjadi penimbunan irigasi lama di areal lahan Imasco. Saluran lama terlihat sempit.” Imbuh Nurdianto.
Ada upaya membentuk konflik horizontal di tengah masyarakat di mana PT. Semen Imasco Asiatic memanfaatkan kelompok HIPPA yang mengatasnamakan pabrik untuk bersurat kepada Bupati agar melegalkan relokasi tersebut.
“Tidak ada pemberitahuan kepada masyarakat petani sebelumnya, HIPPA langsung mengirimkan surat tersebut, padahal sikap petani puger jelas menolak relokasi saluran irigasi.” Imbuh Nurdianto.
Hingga pengiriman surat tersebut menyebabkan konflik di antara masyarakat di tengah pandemi ini. Petani kecewa sebab tindakan tersebut tidak berangkat dari kepentingan petani. Di mana pertambangan seharusnya tidak hadir lagi di Puger, sebab karst Puger sudah rusak, banyak penelitian yang menyatakan bahwa karst Puger akan habis dalam 80 tahun mendatang. Potensi longsor dan kerusakan sumber air menghantui.
“Tegas kami sampaikan bahwa petani Puger menolak pemindahan saluran irigasi. Kami minta pemerintah agar segera menindak lanjuti PT. SEMEN IMASCO ASIATIC supaya mengembalikan saluran irigasi ke posisi semula. Hentikan juga aktivitas pertambangan di Gunung Sadeng, sebab akan menimbulkan korban selama wabah.” Tegas pria yang juga bekerja sebagai guru tersebut.
Pertambangan lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya, sebab keuntungan hanya dikangkangi oleh segelitir, sementara yang tersakiti akibatnya adalah mayoritas umat. Nilai air bersih, udara bersih, tanah yang subur tidak akan mampu dibeli dengan uang korporasi atau omong kosong pemerintah. Justru mereka sedang menambang bencana untuk rakyat dan siksaan pedih akan menimpa mereka kelak di akhirat. (NM/G/A)