Mempertanyakan Seminar “Migas untuk Kesejahteraan Daerah”
Pernyataan Sikap Front Nahdliyin untuk Kedaulatan Sumber Daya Alam [FNKSDA] Sumenep terhadap pelaksanaan Seminar Nasional “Migas untuk Kesejahteraan Daerah”
Bismillahirrahmanirrahim
Ekspansi kapitalisme-ekstraktif di Sumenep kian hari kini semakin sulit dibendung. Hal ini berlangsung melalui pendisiplinan oleh sejumlah aparatus negara, media dan organ-organ “ilmiah-borjuis” dengan kampanye: kesejahteraan daerah, pemberdayaan rakyat lokal dan pembangunan ekonomi rakyat. Dengan itu semua, sejak dulu hingga hari ini, sejumlah korporasi-korporasi raksasa terutama yang bergerak dalam eksplorasi dan eksploitasi SDA migas, berhasil kokoh berdiri dan telah melanggengkan orkestrasi pengrusakan ekologis, privatisasi modal, kesenjangan kelas dan pembajakan alat-alat produksi warga lokal di sejumlah wilayah ujung timur Pulau Madura, Kabupaten Sumenep.
Baiklah, mari kita sebut satu persatu, korporasi dan lembaga usaha ekstraktif negara yang selama ini telah menginjak-injak kedaulatan rakyat Sumenep tersebut, yaitu: SKK Migas, Kangean Industri Indonesia, HCML, Expan Nusantara, ConocoPhilips, Santos, Kodeco, Arco, dst. Ya, dari ratusan blok migas yang ada di bawah bumi Madura saat ini, masih puluhan blok migas yang sampai hari ini sudah dieksploitasi oleh korporasi-korporasi kapital tersebut; baik yang ada di kawasan daratan atau offshore (lepas pantai).
Kedepan, dengan segala “fasilitas” yang hari ini semakin dimanjakan oleh pemerintah (misalkan, perumusan dan disahkannya perda-perda pro-pemodal, dst.), mungkin akan bertambah banyak para pemodal yang akan berdatangan untuk menindas dan menghisap rakyat-rakyat kecil di Sumenep. Ya, dengan kata lain, agenda proletarisasi oleh sejumlah pemodal dan elit pemerintah ini, yang mewujudkan diri melalui gurita kapitalisme-ekstraktif, adalah nama baru dari kolonialisme dalam bentuknya yang lebih halus untuk masa depan Madura dan secara khusus di Sumenep.
Betapa tidak? Justru yang terjadi di balik narasi-narasi populis industri-ekstraktif tersebut yang sejak dulu terus dikampanyekan melalui forum-forum ilmiah dan media adalah ter-subordinasi-nya rakyat Sumenep, terutama di wilayah-wilayah terdampak yang memang berhadapan langsung dengan tamak dan rakusnya pemodal dan korporasi-korporasi kapital tersebut. Karena mafhum diketahui, beroperasinya industri-industri migas memang berorientasi pada akumulasi modal kelas-kelas elit dan status quo, dibandingkan kepada rakyat itu sendiri. Maka tidak heran, jika para pemodal dan korporasi terus bertambah, maka jumlah kemiskinan di Sumenep juga akan semakin meningkat. Justru pada moment ini kesejahteraan adalah barang yang mahal bagi mereka rakyat-rakyat kecil.
Melalui pembacaan kritis di atas inilah, kami Komite Daerah Front Nahdliyin untuk Kedaulatan Sumber Daya Alam (FNKSDA) Sumenep menghimbau untuk seluruh jaringan organisasi dan segenap elemen yang berencana terlibat dalam kegiatan ini, untuk bersama-sama mempertanyakan kegiatan tersebut. Berikut beberapa alasan yang bisa menjadi bahan untuk mempertanyakan Seminar Nasional yang bertajuk, “Migas untuk Kesejahteraan Daerah,” yang diselenggarakan oleh Jejak.co dan YMI (Youth Movement Institute), pada Minggu 27 Januari 2019 M. pukul 08.30 WIB, di Gedung SKB tersebut:
Pertama, industri atau korporasi yang bergerak dalam eksplorasi dan eksploitasi migas yang selama ini telah (dan akan) beroperasi di sejumlah wilayah di Sumenep yang di antaranya: Blok Kangean, Pagerungan Besar, Pulau Sepanjang, Giligenting, Masalembu, Raas, dan yang terbaru di wilayah daratan Saronggi, jelas hanya merugikan rakyat kecil. Karena privatisasi dan ekploitasi SDA oleh sejumlah korporasi seperti ini membuat warga kehilangan alat produksinya. Mereka akan terasing di daerahnya sendiri. Tidak lagi menjadi subyek, tetapi menjadi obyek dari proses produksi yang sepenuhnya dikendalikan pemodal/korporasi. Dengan bahasa sederhana, warga telah menjadi kuli di daerahnya sendiri.
Kedua, berdasarkan alasan yang pertama, jadi justru tidak ada kata “kesejahteraan” bagi rakyat-rakyat Sumenep di bawah korporasi yang kapitalistik itu. Kendatipun rakyat dilibatkan, tak lebih mereka hanya sebagai penonton dan buruh-buruh kasar. Dari itulah, tajuk “Migas untuk Kesejahteraan Daerah” dalam Seminar Nasional yang akan diadakan oleh Jejak.co dan YMI (Youth Movement Institute) besok ini, adalah forum yang sudah terkoptasi oleh tangan-tangan kotor korporasi.
Ketiga, mari kita nilai kemana keberpihakan kegiatan tersebut: apakah kepada rakyat-rakyat Sumenep yang marginal, atau justru berpihak kepada korporasi/industri migas yang menindas-menghisap?! Jelas melalui tema yang diangkat dalam Seminar Nasional tersebut, sudah pasti mereka berpihak kepada pihak kedua. Selain dari temanya, kegiatan yang diselenggarakan oleh Jejak.co dan YMI ini, memang disponsori oleh SKK Migas, Kangean Energy Indonesia dan PT. Energi Mineral Langgeng (EML) sejumlah korporasi-korporasi yang selama ini memang telah meremukkan kedaulatan rakyat Sumenep.
Keempat, seruan penyataan sikap ini juga melandaskan diri pada amanah dan rekomendasi Kongres Petani dan Santri di Madura, yang melibatkan banyak aktivis, petani, santri, dan warga Nahdliyin di Madura. pada tanggal 22-23 Desember 2018 kemarin. Salah satu point dalam rekomendasi tersebut yang berhubungan dengan pernyataan sikap ini, adalah: “Hentikan privatisasi dan eksploitasi SDA Madura dalam berbagai modusnya (entah melalui alih fungsi lahan, penambangan pasir liar, pengerukan bumi, dst.), baik itu secara legal apalagi illegal. Sementara yang sudah berlangsung, harus segera dievaluasi oleh Pemkab dengan melibatkan tokoh agama, aktivis, para stakeholder dan rakyat-rakyat terdampak.” Tentu jelas, rekomendasi itu menginginkan agar korporasi-korporasi yang selama ini telah melakukan privatisasi dan eksploitasi SDA seperti industri-industri migas di atas, agar segera dihentikan. Bukan malah terus dikampanyekan sebagai agenda yang mensejahterakan.
Melalui empat alasan di atas ini, sekali lagi, kami FNKSDA Sumenep menghimbau kepada seluruh elemen masyarakat, pemuda, tokoh agama, dan seluruh stakeholder di Sumenep, untuk bersama-sama mempertanyakan kebermanfaatan acara tersebut bagi kondisi faktual rakyat Sumenep yang hari ini berada dalam gurita neoliberalisme. Demikianlah pernyataan sikap ini, kami sampaikan terima kasih.
Wallaahul Muwaffieq Ilaa Aqwamith Tharieq
Ttd.
Moh. Roychan Fajar
Koordinator FNKSDA Sumenep