Browse By

Refleksi di Hari Suci Idul Adha “Jangan Korbakan Rakyat”

اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ، لا إِلهَ إِلاَّ اللهُ واللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ وَِللهِ الحَمْدُ

Idul Adha mengajarkan kita untuk menjadi manusia yang welas asih, serta berani berkorban untuk menjaga semesta alam, memenuhi dan melaksanakan perintah Allah tanpa pamrih. Itulah hakikat ketakwaan pada-Nya, serta wujud implementasi atas perintah agama yang sarat dengan nilai kebajikan.

Kala negeri ini sedang menghadapi berbagai problema, sebagai umat yang sadar akan lingkungan sekitar. Wajib hukumnya untuk turut serta dalam penyelesaian problem-problem yang dihadapi rakyat tanpa terkecuali. Kala bumi ini sedang merintih, kala langit tak lagi memancarkan sinar keagungan, kala air tak sejernih yang dibayangkan, kala udara tak sesegar biasanya. Berarti ada yang salah dengan kondisi tersebut, lantas apakah kita akan diam dan menunggu kematian begitu saja? Bukankah manusia sudah diutus oleh-Nya untuk melindungi dan melestarikan apa yang telah ia berikan. Sungguh celaka manusia yang rakus dan tak mengindahkan perintah-Nya

Kini banyak saudara kita yang menghadapi situasi yang pelik. Ruang hidup mereka kini terancam oleh perilaku rakus dari mereka yang tak punya hati, dan semena-mena pada sesamanya. Hanya demi kekuasaan dan kekayaan mereka tega menggusur, mengusir bahkan menciptakan bencana yang semuanya menyasar pada umat yang tak berdaya. Dan parahnya, banyak di antara mereka ialah jama’ah Nahdlatul Ulama. Bahkan tidak hanya dari para nahdliyin, minoritas lain baik beragama lain, bersuku lain juga mengalami persoalan serupa. Artinya situasi benar-benar meluas, tidak lagi berkorelasi dengan agama, suku dan bangsa, tetapi langsung menyangkut seluruh umat manusia.

Syahwat itu bernama rakus dan dzalim, kita lihat sudah berapa jumlah umat yang harus menerima kenyataan pahit terusir dari kampungnya. Mereka berkorban untuk kerakusan para pemodal. Mereka tersubordinasi akibat lalimnya pemimpin yang tak peduli rakyat. Para elite yang meniru sifat tercela Firaun bahkan rakus layaknya Qorun. Tak pernah mereka meniru Nabiyullah Ayub AS yang dermawan dan tak takut miskin, atau Nabiyullah Ibrahim AS yang merelakan putranya Nabiyullah Ismail AS dikurbankan, padahal itu adalah harta paling berharganya. Atau mencontoh Nabiyullah Ismail yang ikhlas dikurbankan demi memenuhi perintah-Nya. Baginda Nabi Besar Muhammad SAW telah mencontohkan hidup yang sesungguhnya, berkorban untuk umat dan mementingkan kepentingan sekalian alam daripada dirinya sendiri.

Kita tahu, di Banyuwangi kala Gunung Tumpang Pitu yang seharusnya menjadi benteng alam, kawasan penyangga, dan pusat kehidupan rakyat harus dirampas oleh rakusnya korporasi. Kita tentu, masih ingat bagaimana tanah leluhur di Urutsewu Kebumen, Sumberanyar, Alastlogo di Pasuruan, dan wilayah lainnya yang terancam dirampas oleh militer, atas dalih telah memiliki lahan tersebut. Padahal umatlah yang sejak awal mendiami, lahir, tumbuh dan meninggal di sana. Mereka yang menghidupi lahan, merawat dan menjaganya. Tetapi, umat harus terancam keberadaannya.

Di hari Idul Adha ini, semoga ada secercah cahaya yang menyinari mereka yang tertutup matanya. Semoga ada kekuatan ilahiah yang menguatkan umat untuk mempertahankan tanahnya, kehidupannya dan alamnya. Mengutip kata Kyai Muhammad Al-Fayyadl: “cukup korban ternak, jangan korban tanah dan nyawa rakyat.”

اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ، لا إِلهَ إِلاَّ اللهُ واللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ وَِللهِ الحَمْدُ

Biro Media Komite Nasional FNKSDA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *