SEKOLAH LAPANG AGRARIA FNKSDA Cirebon
“Siapa menguasai tanah, ia menguasai pangan, tau ia menguasai sarana-sarana kehidupan! Dan siapa menguasai sarana kehidupan ia menguasai manusia! Tanpa memahami hal ini, maka orang akan terjebak ke dalam penyelesaian masalah agraria secara parsial, teknis-administratif dan legalistis; tidak sosiologis, apolitis dan ahistoris.”
Demikian tulis Gunawan Wiradi dalam salah sah satu bukunya, Seluk Beluk Masalah Agraria. Seakan Ia memperingatkan agar siapapun hendaklah memahami masalah agraria dengan kerangka yang lebih manusiawi dan menyeluruh.
Meski singkat, perjumpaan beberapa kader FNKSDA Cirebon beberapa waktu yang lalu di beberapa wilayah bersama masyarakat setempat telah memberikan gambaran awal bahwa ruang penghidupan masyarakat hari ini sedang tidak baik-baik saja, bahkan cenderung berjalan ke arah yang semakin memburuk. Dua wilayah yang sedang dalam ancaman pemburukan itu, sebut saja dua kawasan dataran tinggi: pegunungan Kromong di Palimanan dan lereng gunung Ciremai di Kuningan. Keduanya merupakan sumber-sumber agraria yang menjadi tumpuan penghidupan masyarakat sektarnya.
Pemburukan krisis di kawasan Kromong sudah berjalan lebih 30 tahun yang lalu, sejak berdirinya pabrik semen tepat di bibir kawasan karst Palimanan. Sudah selama itu pula hutan dan pegunungan beserta fungsi ekologisnya dikeruk dan dibongkar. Masyarakat yang sejak lama menghidupi wilayah itu harus kehilangan sumber penghidupan: mata air, lahan bercocok tanam serta akar sejarahnya. Mata air di pegunungan ini telah menjadi tumpuan kebutuhan hidup rumah tangga dan mengairi sungai-sungai irigasi pertanian rakyat di wilayah sekitarnya. Dari pemukaan, tampak gunung-gunung yang sudah rusak, bahkan rata dengan tanah, tentu saja akan semakin hancur mengikuti hukum finansialisasi dan akumulasi tak berhingga.
Juga pemburukan krisis kawasan lereng Ciremai sudah di mulai sejak 2004 lalu, ketika pembentukan klaim atas tanah dalam wujud Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) mulai mengusir masyarakat dari akses terhadap kawasan hutan yang sejak lama menjadi sumber penghidupannya. Berawal dari larangan menanam di kawasan taman nasional hingga kebijakan yang mengontrol sumber air masyarakat dengan menggusur pola-pola pengurusan sumber-sumber agraria lokal yang lebih demokratis dan berpihak kepada rakyat. Lebih jauh, rencana eksploitasi kandungan panas bumi gunung Ciremai kembali bergulir, sejak sebelumnya PT Chevron berhasil diusir turut menjadi ancaman krusial bagi keselamatan dan keberlangsungan penghidupan rakyat setempat.
Sebagai bagian dari upaya terus-menerus menumbuhkan basis-basis perjuangan agraria, Front Nahdliyyin untuk Kedaulatan Sumber Daya Alam (FNKSDA) Cirebon Raya bersama Komunitas Saung Daulat Amparjati (SDA) dalam hal ini akan mengadakan “Sekolah Lapang Agraria” di beberapa desa di Cirebon dan Kuningan. Kegiatan ini dilandasi atas kesadaran bahwa upaya memperjuangkan agraria membutuhkan pemahaman yang mendalam atas masalah agraria secara sosiologis, politis dan historis. Tidak cukup mengandalkan pemahaman logika sederhana, perlu mendekatinya secara langsung untuk memungkinkan pemahaman duduk perkara yang lebih dalam atas pola-pola dan jejak-jejak krisis agraria dan ekologis yang setiap hari semakin mengancam kesejahteraan rakyat.