SERUAN AKSI: PETANI WONGSOREJO TOLAK PEMBANGUNAN KAWASAN INDUSTRI DAN EKSPANSI TAMBANG GALIAN C
Dengan kegigihan dan kearifannya, petani Wongsorejo telah membuat kawasan Wongsorejo yang kering menjadi produktif. Kawasan dengan jumlah bulan hujan yang teramat sedikit ini diolah oleh petani, hingga mampu membawa harum nama Kabupaten Banyuwangi di kancah pertanian berskala nasional.
Pada dekade 1950-an, berkat kerja keras petani Kampung Bongkoran (Wongsorejo), mampu mengekspor jagungnya hingga membuat menteri pertanian kala itu berkunjung. Tak hanya jagung, ada pula cabai Wongsorejo juga turut membawa nama Banyuwangi ke pentas nasional, sebagai salah satu sentra penghasil cabai nasional. Pada tahun 2015, petani cabai Wongsorejo sanggup melakukan panen sebanyak 22 kali (http://kabarbisnis.com/read/2854045/produktivitas-tinggi–petani-cabai-banyuwangi-panen-22-kali-dalam-setahun).
Kemudian, pada tahun 2012 (sebelum Waduk Bajul Mati beroperasi), Wongsorejo juga berhasil mengekspor semangkanya ke Singapura (https://bisnis.tempo.co/read/445592/semangka-banyuwangi-diekspor-ke-singapura). Dan masih banyak prestasi agraris yang ditorehkan petani Wongsorejo. Prestasi tersebut justru membuktikan betapa piawainya petani Wongsorejo dalam mengelola kawasan kering. Tidak mudah membuat kawasan yang kering menjadi kawasan pertanian yang produktif, tetapi berkat keuletannya petani Wongsorejo berhasil membuktikan dirinya mampu.
Kecerdasan petani Wongsorejo dalam mengelola lahan kering menjadi kawasan pertanian yang berprestasi nasional ini, harusnya direspons oleh pemerintah dengan melakukan penguatan petani dan proteksi lahan tanam. Sayangnya yang terjadi justru sebaliknya, pemerintah justru membuat rencana yang berpotensi berbenturan dengan petani. Karena Wongsorejo dicanangkan sebagai Kawasan Industri untuk ke depannya.
Belum tuntasnya konflik agraria di Kampung Bongkoran, kini menjadi ancaman baru bagi petani, justru datang lewat kebijakan pemerintah yang mengundang-hadirkan Kawasan Industri Wongsorejo seluas 2.200 hektar (http://id.beritasatu.com/home/kawasan-industri-banyuwangi-wongsorejo-diminati-investor/76457). Lalu, keadaan ini makin diperparah dengan keengganan pemerintah untuk membatasi ekspansi tambang galian C, yang secara faktual telah terbukti menyumbang banjir di beberapa titik yang ada di Kecamatan Wongsorejo. Salah satunya penambangan di Sido Mulyo dan kawasan perkebunan PT. Wongsorejo, yang menjadi penyebab banjir dan berdampak ke Umbul Sari kawasan pesantren dan persawahan.
Bagi petani Wongsorejo, rencana pembangunan Kawasan Industri Wongsorejo ini jauh lebih menakutkan dari musim kering dan hama. Berangkat dari kesadaran tersebut warga dan petani Wongsorejo yang tergabung dalam OPWB, OP2WB, Gempa, dan Formalin, akan melakukan aksi dari Kantor Desa Alas Buluh menuju Kantor desa Wongsorejo, lalu dilanjutkan ke Kantor Kecamatan Wongsorejo.
Aksi ini akan dilakukan pada:
- Hari Senin, 9 Juli 2018. Pukul 10.00-13.00 WIB.
- Titik Kumpul: Pasar Wongsorejo
Partisipan aksi:
Organisasi Petani Wongsorejo Banyuwangi (OPWB), Organisasi Petani Perempuan Wongsorejo Banyuwangi (OP2WB), Gerakan Pemuda Pecinta Alam Wongsorejo (Gempa), Forum Masyarakat Peduli Lingkungan Desa Alas Buluh (Formalin).
Narahubung:
Arna Dwie: 085231221865email: arnadwie.anto@gmail.com