Buka Bersama dan Diskusi FNKSDA Sumenep
Ke-Nahdliyin-an kita, sejauh ini, di bumi Madura, masih tersandra dalam problem ideologis klasik, yaitu: etos keberislaman yang gagal berdenyut dalam “dunia-material” kehidupan ummat. Mungkin sudah saatnya hari ini kita melakukan otokritik, bahwa selama ini, ke-Nahdliyin-an kita—lebih spesifik ke-Aswaja-an kita—menjadi ajaran-ideologis yang elitis–jauh dari problem riil keummatan. Pada titik inilah kita melihat Islam menjadi agama yang tak pernah hadir dalam keterpurukan rakyat-rakyat kecil. Ia hanya menjadi rongsokan dogma yang populer tapi tidak populis.
Ia menjadi doktrin-doktrin yang hanya terdengar keras di atas mimbar-mimbar masjid tapi tak pernah menemukan perwujudannya secara progresif di tengah-tengah ummat. Kita tidak bisa berharap pada praktik keislaman seperti ini. Satu praktik yang secara tidak sadar mengabaikan keadilan, yang mengabaikan bahwa di atas tanah gersang di Madura ini, ada subyektivitas yang dibungkam, sejarah yang digilas, dan kemanusiaan yang sengaja disingkirkan.
Dari itulah, diskusi ini hadir. Dalam diskusi ini nanti, nampaknya akan lahir pemaknaan baru tentang, “nahdliyin” yang lebih segar, yang lebih progresif, dan lebih kontekstual dengan tantangan-tantangan Madura ke depan. Ini semua dilakukan, tidak lain, untuk merakit kembali spirit gerakan progresif dalam tradisi orang-orang nahdliyin, yang selama ini telah mencair—atau sama sekali telah musnah—di tanah gersang Madura ini.
Maka dari itu, kami mengajak Anda semua untuk bergabung nanti dalam diskusi kita kali ini.