Kyai Ubaidillah Sodaqoh: Negara Ini Kan Didirikan Untuk Melindungi Rakyat!
Seturut dengan kekerasan yang dilakukan oleh aparatur Negara kepada warga Wadas yang melakukan penolakan tambang batu andesit secara damai di desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, pada Jumat (23/4/2021) lalu, FNKSDA Komda Semarang bersilaturahim ke kediaman Rais Syuriah PWNU Jawa Tengah, K.H Ubaidillah Sodaqoh pada Minggu (25/4/2011).
Setidaknya, dari data yang ada, sebanyak 10 warga dan 2 kuasa hukum dari LBH Yogyakarta yang dibawa ke Polsek Bener yang kemudian dipindahkan ke Polres Purworejo. Sedangkan korban luka, berjumlah 9 orang warga.
Menanggapi hal itu, Kyai Ubaid, sangat menyayangkan tindakan represif yang dilakukan oleh aparatur Negara kepada warga Wadas,
“Seharusnya yang pertama, hindari bentrok antara rakyat versus Negara. Jadi Negara ini kan didirikan untuk melindungi rakyat. Negara ini didirikan bersama untuk melindungi rakyat, menjamin hak-hak rakyat. Jadi kalau sampai ada bentrok antara rakyat dan Negara itu suatu kebodohan. Kebodohan yang masha allah,” ungkapnya.
Ia menambahkan, bahwa tindakan pemerintah yang hendak mengambil tanah rakyat adalah hal yang sepatutnya tidak dilakukan.
“Kalau itu pemaksaan pemerintah, dalam hal ini, mengambil hak tanah yang sudah dikuasai oleh rakyat, milik rakyat. Tentunya itu tidak elok. Kalau tanah itu masih milik Negara, dan apabila jika diambil itu membahayakan rakyat, ini juga tidak elok,” ujarnya.
Dalam kasus ini, Kyai Ubaid juga menyarankan agar pemerintah mengedepankan prinsip musyawarah secara terbuka dan menengarkan apa kemauan rakyat, tanpa manipulasi lebih-lebih kekerasan atau malah menyalahkan rakyat yang melakukan penolakan. Karena baginya, rakyat tentu mau yang terbaik. Bukan sebaliknya.
“Jadi prinsipnya itu kedekatan musyawarah. Musyawarah itu ya musyawarah yang terbuka, tidak ada manipulasi, tidak ada penggulingan dan sebagainya, harus gitu. Memang menjadi pemerintah itu angel, dia harus momong. Bukan menghajar, tapi momong bagaimana kemauan rakyat? Tidak bisa kita menyalahkan rakyat. Tidak bisa. Rakyat itu maunya ya baik. Raono rakyat maunya “aku kere”. tidak ada,” pintanya.
Selain itu, Kyai Ubaid turut mendesak agar pemerintah menjawab kecurigaan-kecurigaan yang beredar di tengah rakyat semisal ada pengusaha yang bermain di Proyek Strategis Nasional itu.
“Tanah itu tanah apa, kalau sudah milik rakyat, kalau tanah itu sudah bermanfaat bagi rakyat, ya ngapain diutik-utik. Apa karena di situ ada batu tambangnya andesit, kemudian ada pengusaha yang main, atau gimana, ya Wallahu ‘alam kan. Itu kecurigaan-kecurigaan itu harus di jawab di tengah rakyat,” ungkapnya.
Secara pribadi, Kyai Ubaid mendukung perjuangan rakyat untuk mempertahakan haknya, khususnya warga desa Wadas.
“Ya berjuang, pertahankan hak itu! Artinya, kalau masyarakat belum menerima, ya hak bagi masyarakat untuk menolak. Mempertahankan hak itu ya kalau mati ya syahid, syahid akhirat.”