Browse By

DESA SANTRI DALAM NAUNGAN POHON JATI: SEBUAH AUTO-ETHNOGRAPHY TENTANG EKOLOGI MANUSIA

Senori, desa kelahiranku, dan desa tetangganya tempat orang tuaku kemudian bermukim, Bangilan, merupakan daerah berkapur di Kabupaten Tuban yang seluruh penjuru wilayahnya dikelilingi oleh hutan-hutan jati. Selain itu, Senori sejak lama juga dikenal sebagai desa santri. Banyak pondok pesantren terdapat di desa ini, satu sama lain diikat oleh hubungan kekerabatan di antara para pengasuhnya; suatu pola yang umum menandai jaringan pesantren kalangan Nahdliyyin. Karena itulah dapat dikatakan bahwa jika secara kultural Senori adalah “desa santri”, maka secara ekologis desa ini dan desa-desa sekelilingnya adalah “desa jati”.

Geografi daerah ini memang merupakan bagian dari Pegunungan Kendeng Utara yang didominasi batuan gamping atau karst yang cocok sebagai habitat pohon jati. Kawasan karst ini membentang sepanjang garis pantura, meliputi Kabupaten Pati (bagian selatan), Grobogan (bagian utara), Rembang, Blora, Tuban, Bojonegoro (bagian utara) dan Lamongan (bagian barat). Air permukaan sangat minim di kawasan ini akibat sifat batuan kapur yang mudah meloloskan air. Tingginya tingkat porositas (lolosan) air, dan sifat batuan kapur yang mudah larut oleh air hujan, menciptakan banyak sekali rekahan alami yang membentuk gua- gua alam dengan stalaktit dan stalakmit yang menakjubkan. Proses alam yang sama juga telah menghasilkan jaringan sungai bawah tanah yang rumit dan unik di daerah ini.

Dari segi struktur tanah, daerah ini didominasi oleh tanah kapur yang terbentuk dari proses panjang pelapukan batuangamping. Tepatnya, jenis tanah di daerah ini adalah mediteran yang merupakan campuran dari proses pelapukan batuan gamping dan batuan sedimen. Warna tanah jenis ini adalah kemerahan sampai coklat. Renzina adalah jenis tanah kapur lainnya yang berwarna hitam dan miskin zat hara, seperti dijumpai di daerah Gunung Kidul (DIY). Meski tanah mediteran kurang subur untuk pertanian, namun jenis ini amat cocok untuk tanaman-tanaman tertentu seperti palawija, tembakau, jambu mete dan, termasuk juga, pohon jati.

Lebih jauh klik di tautan berikut:

DESA SANTRI DALAM NAUNGAN POHON JATI, SEBUAH AUTO-ETHNOGRAPHY TENTANG EKOLOGI MANUSIA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *