Pernyataan Sikap Front Nahdliyin untuk Kedaulatan Sumber Daya Alam (FNKSDA) atas Pertemuan GLF/ILC 2018 di Bandung
Komite Nasional FNKSDA
Bismillahirrahmanirrahim
Setelah menyimak berbagai masukan dan informasi, serta mengikuti perkembangan perdebatan yang sarat kontroversi seputar acara Global Land Forum/International Land Coalition yang tahun ini diadakan di Bandung, maka dengan memohon taufiq dan hidayah Allah SWT, Komite Nasional Front Nahdliyin untuk Kedaulatan Sumber Daya Alam (FNKSDA) mengambil sikap berikut:
Pertama, menolak pertemuan GLF/ILC 2018 di Bandung, karena menilai forum ini tidak memperjuangkan kedaulatan rakyat, lebih khusus lagi kaum Mustadl’afin (kaum tertindas di atas buminya) atas sumber-sumber daya alam dan agrarianya secara konsekuen dan komprehensif, tetapi lebih berkutat pada desain perekayasaan global atas penguasaan tanah melalui skema-skema yang mengakomodasi kepentingan swasta-korporasi dan rezim negara neoliberal.
Bagi Komite Nasional FNKSDA, tidak ada kompromi antara “Daulat al-Mustadl’afin”, People’s Sovereignty, atau Kedaulatan Sejati Rakyat dan “Daulat al-Aghniya’”, atau Global Governance, Perekayasaan penguasan global yang dilakukan melalui pengaturan-pengaturan “top-down” pihak-pihak yang berkepentingan dengan tanah, utamanya Negara Neoliberal dengan kelas berkuasanya (Ruling Class) dan kaum pemodal dan korporasi global. GLF/ILC 2018 sebagai forum yang bekerja dengan model Global Governance tetap akan mensubordinasikan kepentingan kaum tani dan rakyat secara umum di bawah kepentingan agen-agen pemerintahan global, atau minimal mengkompromikannya.
Kedua, dilihat dari pendanaannya, GLF/ILC 2018 di Bandung terjatuh dalam kategori acara “Syubhat” karena forum-forum GLF/ILC memiliki riwayat sejarah afiliasi dengan Bank Dunia atau badan-badan global lain yang terindikasi memiliki hubungan langsung atau tidak langsung dengan Bank Dunia, yang sebentar lagi akan mengadakan pertemuan internasional di Bali.
Meskipun GLF/ILC 2018 di Bandung tidak secara langsung terbukti didanai oleh Bank Dunia, tetapi keterlibatan sejumlah lembaga donor global berskala besar menjadikan acara ini bukan forum agraria yang bersifat kerakyatan dan keumatan, melainkan suatu forum semi-elitis atau elitis yang lahir dari inisiatif di luar serikat-serikat tani dan kaum pergerakan agraria yang tumbuh dan berkembang mandiri di kalangan rakyat dan kaum tani secara umum. Atas asas kehati-hatian (Ihtiyath) menghindari hal-hal “syubhat,” maka Komite Nasional FNKSDA menolak GLF/ILC 2018 demi kemurnian dan konsistensi gerakan agraria kerakyatan di tanah air.
Ketiga, menyikapi kehadiran Ketua Umum PBNU yang kami takdzimi, KH Said Aqiel Siradj di acara pembukaan “Rembuk Nasional Pelaksanaan Reforma Agraria dan Perhutanan Sosial (RAPS) untuk Keadilan Sosial, dan Global Land Forum 2018” di Istana Presiden, perlu dinyatakan bahwa kehadiran ini tidak dapat dimaknai sebagai konsensus seluruh warga Nahdliyin mengenai persetujuannya atas GLF/ILC di Bandung 2018. Kehadiran Ketua Umum PBNU lebih merupakan dukungan bagi langkah demi langkah terlaksananya Reforma Agraria sejati yang menjadi amanat Munas Alim Ulama NU di Mataram, NTB, November 2017 lalu yang mengamanatkan penghapusan ketimpangan pemilikan dan penguasaan lahan di tanah air.
Adapun pilihan PBNU untuk mendukung skema RAPS Presiden Jokowi tidak mewakili konsensus bulat di kalangan Nahdliyin, khususnya kalangan massa tani Nahdliyin yang menghendaki penegakan Reforma Agraria secara konsekuen, utuh dan menyeluruh bagi kepentingan massa tani tanah air, alih-alih sektoral dan tambal-sulam di bidang-bidang tertentu, serta menghendaki evaluasi total atas kebijakan infrastruktur dan pertambangan Presiden Jokowi yang telah dan sedang merampas ribuan tanah warga Nahdliyin di daerah-daerah.
Wallahul-muwaffiq ila aqwamit-thariq.
“Dan Allah SWT adalah sebaik-baik pemberi petunjuk bagi jalan keadilan”
Hormat kami, Komite Nasional FNKSDA:
1. A. Syatori
2. Muhammad al-Fayyadl
3. Fuad Faizi
4. Roy Murtadho
5. Abdul Kodir
6. Moh. Roychan Fajar
7. Dedi Sahara
8. Ahmad Syifa
9. Fathan Zainur Rosyid
10. Nuzulia Istiningsih
11. Bosman Batubara
12. Aam Alamsyah
13. Achmad Rizal Taufiqi
14. Wahyu Eka Setyawan
15. Muchamad Muslich
One thought on “Pernyataan Sikap Front Nahdliyin untuk Kedaulatan Sumber Daya Alam (FNKSDA) atas Pertemuan GLF/ILC 2018 di Bandung”